
Identifikasi “Pot Mangrove” di Pulau Cempedak
Pada Jumat pagi, 1 Agustus 2025, tim Yayasan WeBe yang terdiri dari Anggun, Hesty, dan Lia kembali melakukan identifikasi terhadap kondisi pot mangrove yang telah ditanam di pesisir Pulau Cempedak, tepatnya di depan Pos DKP. Kegiatan ini merupakan bagian dari pemantauan berkala untuk memastikan keberlanjutan program rehabilitasi ekosistem pesisir yang tengah dijalankan.
Hasil identifikasi mencatat bahwa saat ini terdapat 89 titik pot bambu mangrove yang masih tersisa, dengan 475 bibit mangrove yang tumbuh dengan baik. Namun, terdapat juga 9 pot bambu yang perlu disulam kembali karena kehilangan bibit. Jika dibandingkan dengan data sebelumnya per 11 Juli 2025, terdeteksi adanya penurunan jumlah pot sebanyak 13 titik serta kehilangan 86 bibit mangrove, sebagian besar di antaranya tertimbun pasir.
Meski ada tantangan, kabar baiknya adalah bahwa kehadiran pot mangrove terbukti efektif dalam menahan pasir dan mengurangi erosi. Area pantai yang ditanami mangrove menunjukkan kestabilan yang lebih baik dibandingkan sisi lain pantai yang tidak ditanami. Berdasarkan observasi lapangan, penyebab utama kehilangan bibit dan pot adalah hantaman gelombang laut yang cukup kuat, bahkan membawa serta kayu besar yang menghantam pot dan merusaknya.
Pemantauan ini menjadi bahan evaluasi penting untuk perbaikan teknik dan strategi penanaman ke depan, termasuk perlunya perlindungan tambahan terhadap gelombang besar agar pot dan bibit mangrove dapat bertahan lebih lama.