
Mengangkat Konservasi Lewat Seni & Budaya
Mengangkat Konservasi Lewat Seni & Budaya:
WIATA Gandeng Komunitas Musik Kalbar untuk Festival SUARA BUMI KHATULISTIWA
Pontianak,
11 Agustus 2025 —
Bertempat di Resto LePonti, Avara Gajahmada Hotel Pontianak, WIRA WISATA
KHATULISTIWA (WIATA) menjalin silaturahim strategis bersama para penggiat musik
etnik dan tradisional-modern Kalimantan Barat. Pertemuan ini merupakan bagian
dari upaya merintis festival musik dan wisata SUARA BUMI KHATULISTIWA
yang akan digelar di Temajuk, Kabupaten Sambas, sebagai panggung kolaboratif
antara pelaku seni dan gerakan konservasi alam-budaya.
Seni dan Konservasi: Simfoni untuk Kalimantan
Barat
WIATA,
sebagai divisi pengembangan wisata Yayasan WeBe Konservasi Ketapang,
menghadirkan visi berani: menjadikan seni musik sebagai medium kampanye
konservasi yang inklusif, menggugah, dan berdampak ekonomi. Dalam forum
tersebut hadir perwakilan dari grup musik Merah Jingga, Daun Selasih, Pucuk Pakis, dan Manjakani, serta solois seperti Fery Sape,
Ayuan Prawida
(pemain sape perempuan muda), dan Ikhsan DJ Pontianak. Juga hadir mendampingi, Mbak Cika
dari Camar Bulan Resort, yang selama ini aktif menghubungkan antara sektor
wisata dan komunitas kreatif di wilayah pesisir.
Diskusi
berjalan hangat dan mendalam, membahas pentingnya menghadirkan narasi baru
dalam konservasi alam dan budaya melalui pendekatan musikal yang membumi. WIATA
percaya bahwa musik bukan sekadar hiburan, tetapi juga alat transformasi sosial
dan penyemai kesadaran kolektif yang kuat.
SUARA BUMI KHATULISTIWA: Festival Perbatasan,
Panggung Kolaborasi
SUARA
BUMI KHATULISTIWA rencananya dirancang sebagai sebuah festival 3 hari di Temajuk yang
memadukan atraksi wisata alam dan budaya dengan konser musik lintas genre
berbasis lokalitas Kalimantan Barat. Festival ini juga memanfaatkan momentum
strategis dengan akan dibukanya pos lintas batas negara (PLBN) Temajuk–Telok
Melano, yang membuka peluang besar masuknya wisatawan mancanegara (wisman) dari
Sarawak, Malaysia.
Dengan
menggandeng para musisi lokal, festival ini tidak hanya akan mempromosikan
kekayaan etnik-musikal Kalbar, tetapi juga menjadi sarana kampanye pentingnya
pelestarian hutan, laut, budaya, dan keanekaragaman hayati melalui ekspresi
seni yang menyenangkan.
Kontributor Lokal sebagai Agen Perubahan
Yayasan
WeBe melalui WIATA menempatkan komunitas lokal sebagai pilar utama dalam desain
dan pelaksanaan festival ini. Seniman, pelaku wisata, pengelola destinasi,
serta pegiat lingkungan lokal akan terlibat penuh — mulai dari kurasi konten
hingga pengelolaan kegiatan, sehingga manfaat ekonomi dan sosial langsung
dirasakan masyarakat.
“Konservasi
harus menyenangkan, membumi, dan memberi manfaat ekonomi. Musik dan seni budaya
adalah jembatan terbaik untuk menjangkau masyarakat luas,” ujar Setra
Kusumardana, Ketua Yayasan WeBe.
Dengan
pendekatan partisipatif ini, WIATA berharap festival SUARA BUMI KHATULISTIWA
akan menjadi katalisator lahirnya ekosistem wisata berkelanjutan berbasis
komunitas di Kalimantan Barat. Festival ini juga akan menjadi corong publikasi
pentingnya program konservasi yang berbasis pada kearifan lokal dan budaya
setempat serta menjadikan masyarakat bukan hanya sebagai penerima manfaat, tapi
juga aktor utama pelestarian.